Sunday, September 7, 2008

Fosil Perahu Dagang Yang Terdampar Di Pantai Rembang

Salam Kenal, Beberapa waktu lalu, anda pasti pernah membaca mengenai berita tentang diketemukannya Fosil Perahu di Pantai Rembang. Berita ini telah diterbitkan di harian Suara Merdeka dan Harian Kompas pada tanggal 2 Agustus 2008. Memang sudah telat sich, ketika saya mencoba memberitahukan hal ini kepada Anda. Saya sendiri yang berasal dari Kota kecil Penghasil Garam (Rembang), tempat di temukannyafosil tersebut merasa kaget. Kenapa mbak???? Dalam fosil perahu tersebut terdapat kepala arca wanita, berparas Etnis Tionghoa, patahantongkat kayu sepanjang kurang lebih 40 cm, tulang manusia, dan sejumlah peralatan dapur yang usianya diperkirakan ratusan tahun. Lho kok bisa??? Padahal di Kabupaten Rembang yang merupakan "Pecinan" ada di Kota Lasem. mengapa fosil kapal yang ditemukan malah berada di Rembang??? Dahulu kala, di Kabupaten Rembang ada sebuah Kota yang (sejak jaman duluuuuuu sampesekarang) bernama Lasem. Pada jaman dulu, Kota Lasem tersebut lebih populer dibandingkanKota Rembang itu sendiri. bagaimana bisa???? Kota Lasem yang lokasinya berbatasan langsung dengan Laut Jawa, dan didukung dengansungai-sungai besar (salah satunya Sungai Bagan) yang mengalir langsung ke Laut, menyebabkanaksesibilitas untuk mencapai daerah/wilayah yang berada di pedalaman sangat mudah. Denganbegitu, Kapal-kapal dagang besar yang berlabuh bisa menyandarkan kapalnya dan menjelajahkepelosok untuk menawarkan barang dagangannya ke masyarakat Lasem. Pada saat itu, Kota Lasem sangat terkenal sebagai Kota dagang. Apakah itu dikarenakan adanya masyarakat Tionghoa yang datang ke Lasem untuk berdagang, atau karena pada saat itu pemimpin Lasem merupakan orang yang ramah kepada siapapun. Sehingga pada jaman itu, telah banyakbermukim masyarakat Tionghoa dan mempunyai tanah dan rumah di Lasem, yang akhirnyapermukiman masyarakat Tionghoa semakin tumbuh subur dan meramaikan kota lasem. Semangat kerja keras, ulet dan ketekunan yang dimiliki masyarakat Tionghoa dalam berdagang memang layak diacungi jempol. Hal itu dibuktikan dengan adanya permukiman masyarakat Tionghoa yang ada di Lasem .Hingga saat ini rumah-rumah masyarakat Tionghoa masih banyak dan dapat dijumpai di sejumlah titik di Kota Lasem, khususnya di sepanjang jalur pantura. Mengenai kepemilikannya saya kurang tahu, entah itu masih satu keturunan atau telah berpindah tangan. Bangunan tersebut masih banyak yang digunakan sebagai tempat tinggal ataupun tempat usaha. Tetapi sayang, karena telah usang, atau kurang perawatan, ada sebagian dari bangunan tersebut yang mulai rusak seiring dengan bertambahnya usia, ada pula yang dirobohkan dan diganti dengan bangunan yang lebih modern untuk usaha dagang. Saya sebagai putra daerah kabupaten Rembang, berharap kota Lasem sebagai salah satu tempat yang mempunyai historis yang panjang mulai mendapat perhatian dari berbagai pihak. Tidak hanya dari pihak keluarga, tapi masyarakat dan Pemerintah Daerah juga turut berperan dalam hal ini. Selain mulai mengatur ulang tata ruang Kota Lasem sendiri, sebaiknya mengeluarkan Perda yang berisi melindungi bangunan-bangunan yang bernilai arsitektur tinggi. Sekian tulisan dan pemikiran dari saya, terima kasih anda telah mau membaca sedikit ilmu yang saya punyai ini dan semoga bermanfaat. Aa....min!!! Sampai Jumpa.

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home